Catatan bulan ke-9

Tidak terasa terhitung sudah 9 bulan aku berada di lingkungan yang baru. Sebuah keputusan besar yang sangat mendadak di tahun lalu, yang ternyata justru mendatangkan banyak pelajaran penting untuk berkembang dan bertumbuh dewasa menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam perjalananku saat ini, aku menemui berbagai macam kejadian yang belum pernah kuhadapi sebelumnya.
Aku belajar untuk dapat berinteraksi dengan baik kepada anak-anak. Kesabaranku sangat diuji ketika aku harus menghadapi berbagai tingkah laku mereka. Aku belajar untuk menjadi pendengar yang baik, tanpa menghakimi dan tanpa menggurui. Aku belajar untuk selalu mengapresiasi tiap hal kecil yang tercapai dalam perkembangan seorang manusia. Aku juga selalu berusaha untuk tetap mindfull dan memiliki positive vibes yang bisa aku bagi saat berinteraksi dengan mereka. Kelas yang setiap harinya diisi dengan berbagai tingkah laku anak-anak yang tidak terduga, juga membuatku lebih sigap dan awas dengan sekitar. Aku harus bergerak secara sat-set, mengambil keputusan dan langkah saat itu juga ketika sesuatu terjadi. Responku dalam menghadapi anak-anak maupun kejadian di kelas sangat penting dan berpengaruh dalam berjalannya sistem kelas setiap harinya.
Selain itu, aku pun juga harus mampu berkomunikasi dengan baik kepada orang tua mereka, menjelaskan bagaimana perkembangan anak-anaknya dengan sebenar-benarnya tanpa menilai buruk maupun menghakimi. Aku juga sedang berlatih untuk selalu merespon sesuatu dengan tenang serta mengelola emosi dan perasaan dengan baik. Saat berinteraksi dengaan anak-anak, aku harus dalam kondisi siap untuk mereka. Siap menerima mereka dengan hati yang positif, siap berbagi ilmu, siap berbagi kegembiraan dan kasih sayang untuk mereka. 
Seringkali aku juga dibuat takjub dengan perkembangan mereka. Kemampuan tiap anak yang luar biasa dan memiliki keistimewaannya masing-masing membuatku paham bahwa karakter tiap manusia itu berbeda, kemampuannya pun juga berbeda. Sehingga target pencapaian tiap manusia sangat mungkin berbeda entah dalam bentuknya maupun waktu terwujudnya. Tidak sepantasnya kita membandingkan satu sama lain dengan memaksa untuk dapat mencapai target yang sama dalam waktu bersamaan. Kelebihan dan kekurangan tiap manusialah yang membuat seseorang unik dan punya caranya masing-masing dalam mencapai sesuatu. Aku pun juga sangat kagum dengan anak-anak yang seringkali dipandang sebelah mata karena ke-spesial-an mereka. Aku menemukan bahwa anak-anak spesial ini sangat keren dengan kemampuannya masing-masing. Setiap pencapaian mereka selalu membuatku terharu dan sangat bangga. Menurutku, tidak sepantasnya mereka dipandang sebelah mata dengan menganggap mereka 'kurang' karena mereka tampak berbeda dengan mayoritas orang pada umumnya. Justru ke-spesial-an merekalah yang membuat mereka luar biasa dengan caranya sendiri.
Selama aku bekerja disini, aku belajar untuk menjaga mulutku, berusaha bertutur kata yang baik dan sopan serta tidak mudah berasumsi negatif terhadap orang lain. Aku berusaha untuk bisa menjelaskan sesuatu secara sederhana namun dapat dipahami oleh anak-anak. Dan juga selalu jujur dalam berkata-kata. Setiap kalimat yang terucap, rasanya memiliki dampak yang cukup besar bagi perkembangan mereka, sehingga aku sangat berhati-hati dalam berbicara.
Berbagai kejadian yang terjadi di tempat kerja pun juga memberikan banyak gambaran bahwa amat sangat tidak mudah menjadi orang tua. Aku menyadari bahwa untuk bisa menjadi orang tua maupun membina hubungan rumah tangga, dibutuhkan kestabilan mental dan pribadi yang memang sudah selesai dengan berbagai permasalahan diri sendiri. Jika belum tuntas dengan dirinya, apalagi masa mudanya, berbagai masalah akan bermunculan ketika dalam berrumah tangga maupun saat punya anak nantinya. Aku jadi cukup terbayang bagaimana seharusnya nanti ketika menjadi orang tua. Dari hal ini akhirnya aku bisa mengambil banyak sekali pelajaran berharga dalam kesiapan diri untuk menjadi lebih dewasa, menjadi seorang istri dan ibu.
Contoh nyata yang kutemui sejauh ini, mampu membukakan mataku bahwa kehidupan pernikahan dan membina sebuah keluarga itu tidak gampang. Persiapan yang harus dilakukan tidak hanya perihal wedding party maupun finansialnya saja, justru hal terpenting adalah soal after wedding party-nya. Bukan hanya perkara dana tabungan untuk hidup setelah menikah saja, justru yang lebih penting adalah bagaimana cara kita mengelola emosi; bagaimana cara kita menghargai orang lain; bagaimana diri kita bisa bertahan dan berjuang kedepannya; bagaimana kita bisa berbagi apapun dengan orang lain; bagaimana kita bisa bersepakat; bagaimana kita bisa mengkomunikasikan semuanya dengan baik dan jujur, semua itu benar-benar sangat berpengaruh dalam menjalani kehidupan keluarga nantinya.
Aku memang belum pernah menjadi bride, belum pernah juga langsung terjun dalam menjalani persiapan wedding party. Tapi setidaknya aku sedang belajar untuk kehidupan pernikahan nantinya, belajar mempersiapkan diri untuk bisa cukup dewasa dalam berumah tangga dan menjadi ibu. Walaupun belum pernah ada di posisi menjadi seorang bride, dan entah kapan, tapi setidaknya aku berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dewasa dari hari ke hari. Bukan malah menjadi orang yang mudah ketrigger dan suka berasumsi sendiri tanpa menanyakan dan mengkomunikasikannya dua arah.
Mungkin jika aku tidak bekerja di tempat ini, aku tidak akan kebayang bagaimana sesungguhnya kehidupan orang dewasa dalam berumah tangga dan menjadi orang tua. Disini aku benar-benar belajar banyak hal dari anak-anak dan para orang tua. Aku bersyukur dapat bekerja disini dengan hati yang jujur, tenang dan penuh dengan hal positif. Boleh dibilang, di umurku ke-25 ini merupakan titik terbaikku sejauh ini dalam belajar menjadi pribadi yang baik dan dewasa. Bahkan caraku memandang masa lalu pun juga sudah sangat berbeda, aku bisa melihat banyak hal positif dan bersyukur atas semua hal buruk yang pernah terjadi. Caraku memandang seseorang pun juga akhirnya berbeda karena memahami bahwa setiap insan manusia itu luar biasa dan patut untuk dihormati. Hal terbaik yang aku rasakan adalah bagaimana caraku berkomunikasi. Ternyata kebiasaanku di sekolah juga berdampak pada bagaimana aku bisa berkomunikasi asertif secara dua arah dengan jujur. Bisa dibilang saat ini mentalku cukup stabil, walaupun ada kalanya sesekali aku mudah menangis saat menghadapi sesuatu. Tapi akhirnya aku bisa memahami bagaimana cara untuk mengelola emosi dengan baik, bersikap tenang, dan tidak gampang tersulut sesuatu. Dan aku senang karena disini aku jauh lebih bisa berempati. Sesuatu yang  menurutku mudah tumpul seiring bertambahnya usia jika tidak diasah. Perjalananku disini masih panjang. Akan ada banyak cerita dan kejadian tak terduga yang menanti. Gentar dan takut pasti ada, namun aku berusaha untuk selalu berpikir "Hal baik apa yang bisa aku berikan? Apa yang dapat aku lakukan untuk orang lain? Pelajaran apa yang bisa aku dapat nanti ya?". Dengan dibarengi pikiran yang positif, ternyata itu cukup ampuh membuatku bersemangat untuk menyambut hari esok ^^
Terima kasih untuk anak-anak yang sudah menemaniku bertumbuh dewasa sejauh ini. Ternyata tidak hanya mereka saja yang berkembang, tapi aku pun juga hihi. So much love for kiddos at school 💕


Btw postingan ini sedikit menjawab perihal suatu tweet yang aku like di twitter di bulan Juli 2022 (tanpa maksut dan menyindir siapapun, murni klik “suka” karena aku setuju dengan tweet ini) namun malah diartikan berbeda oleh salah seorang teman yang menjadi followersku saat itu. Konflik ini memberikanku pelajaran penting bahwa tidak semestinya kita tenggelam dalam asumsi pemikiran kita sendiri tanpa berusaha menanyakan maksut dan mengkomunikasikannya secara dua arah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar